Powered By Blogger

Kamis, 01 September 2011

Dasar Overclocking



OVERCLOCK pada dasarnya adalah meningkatkan frekuensi kerja komponen di atas standarnya. Analogi mirip seperti seorang pelari yang disuruh berlari 10 putaran per menit, padahal biasanya 5 putaran permenit.

Memangnya bisa ya dipaksa kerja lebih keras seperti itu? Bisa saja. Pasalnya penentuan frekuensi standar oleh pembuat komponen adalah pada batas aman, bukan batas maksimal komponen tersebut. Jadi ketika Intel mengeset sebuah prosesor pada frekuensi 2.6 GHz, Intel sudah menjamin ‘prosesor ini pasti berjalan stabil di frekuensi 2.6 GHz’. Namun di luar batas aman tersebut, sebernarnya ada batas atas yang masih bisa ditembus. Selain itu, penentuan batas aman dilakukan dengan asumsi prosesor menggunakan pendingin standar. Jika pendinginnya lebih serius, performanya pun bisa lebih dipompa lagi. Nah, batas inilah yang bisa dieksploitasi dengan teknik overclock.
Prosesor: Tinggal FSB
SEKEDAR MENGINGATKAN, kecepatan prosesor adalah hasil perkalian multiplier dengan frekuensi FSB(Front Side Bus). Misalkan prosessor Intel Core i7 980X Extreme Edition yang memiliki kecepatan 3.33 GHz, dengan frekuensi FSB sebesar 133.32 MHz dan multiplier 25x (133.32 MHz x 25 = 3333 MHz). Jadi untuk meningkatkan kecepatan prosesor, parameter yang kita ubah adalah multiplier dan frekuensi FSB. Sayangnya sekarang sebagian besar prosesor sudah dikunci multipliernya. Ada sih yang tidak dikunci, namun hanya prosesor kelas premium seperti Intel Core i7 Extreme Edition, atau AMD FX Black Edition. Jadi selain prosesor kelas premium tersebut, kita cuma bisa mengubah frekuensi FSB.
Namun perlu dicatat, nilai FSB tidak cuma berkaitan dengan prosesor, namun juga motherboard dan memori. Jadi perubahan FSB akan berpengaruh ke motherboard dan memori (dan di sinilah peran motherboard dan memori yang berkualitas menjadi penting)
seperti pada gambar disamping menunjukan penggunaan prosesor kelas premium milik Intel (Intel Core i7 975 Extreme Edition). Pada prosesor ini, selain mengubah frekuensi FSB, kita juga bisa mengubah multiplier prosesor
Bagaimana cara menaikan frekuensi prosesor? Mudah saja, yaitu melalui BIOS. Belakangan ini juga ada aplikasi yang berfungsi mengubah frekuensi FSB dan berjalan di Windows, sehingga kita tidak perlu masuk BIOS untuk melakukan proses tweaking. Contohnya adalah SetFSB atau aplikasi khusus dari produsen motherboard seperti Asus Ai Tuner atau Gigabyte Easy Tune. Namum menurut saya, pergantian via BIOS masih lebih akurat.
Menu untuk mengganti frekuensi beragam, namun biasanya ada di menu Advanced Setting atau sejenisnya. Biasanya Anda harus mengubah dulu setting prosesor ke manual supaya menu frekuensi bisa diubah-ubah. Nah, tinggal ubah saja frekuensinya. Tentunya tidak membabi-buta. Naikan 5-10 MHz dulu, lalu uji dulu kestabilannya dengan masuk Windows dan menjalankan aplikasi berat. Juka lolos uji kestabilan, Anda bisa masuk BIOS lagi dan naikkan frekuensinya per 5-10 MHz lagi. Setelah itu uji lagi kestabilannya. Lakukan siklus itu berulang-ulang sampai sistem menjadi tidak stabil (restart atau hang)
Jika sudah tidak stabil berarti sudah mentok? Tidak juga. Kemampuan prosesor bisa ditingkatkan lagi jika kita memberi “doping” berupa penambahan voltase. Namun namanya juga doping, pemberian voltase tidak boleh berlebihan yang justru akan merusak prosesor.
Memori: Timing dan Frekuensi
KECEPATAN MEMORI ditentukan oleh dua parameter, yaitu frekuensi dan timing. Definisi frekuensi memori sama seperti prosesor, yaitu banyaknya pekerjaan yang dapat dilakukannya per detiknya. Sedangkan timing adalah kecepatan membaca/menulis data di dalam memori (yang tersusun dalam kolom dan baris). Ada banyak parameter yang menentukan timing, namun yang paling penting adalah:
- Cas Latency (Cas atau CL),
- Ras-to-Cas Delay (tRCD),
- Ras Precharge (tRP),
- Active to Precharge Delay (tRAS), dan
- Command Rate (CMD atau CR)
CAS Latency (CL) – mungkin merupakan konfigurasi paling umum penundaan.Ini menetapkan jumlah clock cycles bus yang berlalu setelah perintah CPU dial aktivasi mometu kolom untuk mentransfer data ke dalam buffer memori dalam controller.Memiliki dampak yang cukup besar pada produktivitas, terutama bagi pemain yang mengaku agama 3DMark dan Quake III.Dalam kasus DDR modul, rasio ini biasanya 2,5 dan mengaturnya agar berada dalam kisaran 2,0-3,0 (meskipun dalam beberapa board adalah mungkin untuk mengatur CL1.5 dan CL1), jika kita dapat mengatur CL2 atau SDR’ów biasanya CL3.
tRCD – Sisa RCD (RAS to CAS delay) menentukan berapa banyak siklus jam diperlukan setelah CAS dan menemukan perintah dalam cara, kolom yang diperlukan untuk melaksanakan suatu beban RAS.Pengaturan rendah, hal itu memberikan kecil tapi terlihat ‘menendang’ sistem.
tRAS – Sisa RAS (Row Address Strobe) menentukan jumlah siklus yang diperlukan untuk menjalankan perintah untuk mengaktifkan salah satu bank memori sebelum memuat baris alamat dapat dilaksanakan.Dalam sendiri tidak memberi terlalu banyak dari keuntungan produktivitas dengan pengaturan ketat.
tRP – Parameter RP (RAS Precharger) adalah jumlah clock cycles seperti yang diperlukan bagi pemulihan keadaan awal, menutup bank atau jumlah siklus yang dibutuhkan untuk paging memori sebelum mengaktifkan perintah bank lain.Juga, tidak ada dampak pada kinerja semestinya.
Frekuensi dan timing memori sudah diatur dari ‘sononya’ oleh pabrikan memori. Untuk timing disusun dengan urutan:
“CAS-tRCD-tRP-tRAS-CMD”
Jadi juka Anda melihat memori mencantumkan deretan angkat 3-3-3-5-2T, maka memori tersebut memiliki CAS latency 3, RAS-to-CAS Delay 3, dan seterusnya.
Namun timing dan frekuensi dan timing memiliki hubungan terbalik. Ketika timing diperketat, frekuensi tidak bisa dipaksa bekerja tinggi. Sebaliknya, ketika frekuensi tinggi, timing harus longgar. Hanya memori kelas atas (dan mahal) saja kita bisa mendapatkan timing ketat yang dibarengi frekuensi tinggi.
Jadi pada proses overclock, metode untuk meningkatkan kecepatan ada dua: memperketat timing atau meningkatkan frekuensi. Mana yang dipilih? tergantung prosesor yang Anda gunakan. Sistem kerja prosesor AMD lebih cocok dengan timing ketat, sementara prosesor Intel lebih memilih frekuensi tinggi meski berarti timing yang longgar. Ambil contoh jika anda menggunakan prosesor Intel yang dipadankan dengan memori DDR2 800MHz (PC2-6400) dengan timing 5-5-5-15-1T. Ketika frekuensi memori ditingkatkan menjadi 1000MHz, sistem tidak stabil. Pada kasus ini , Anda bisa longgarkan timing menjadi 7-7-7-18-2T. Ketika timing dilonggarkan, memori lebih fleksibel untuk ditingkatkan frekuensinya.
Timing dan frekuensi memori dilakukan di dalam BIOS, biasanya dibawah menu Advanced Setting. Ada pula program bantu seperti MemSet yang bisa mengubah frekuensi dan timing memori di dalam Windows.
Namun perlu dicatat mengubah frekuensi memori tidak sebebas mengubah frekuensi prosesor. Biasanya pilihan yang tersedia memiliki perbandingan atau rasio khusus dengan FSB, seperti 1:1, 1:2, atau 1:4. Ambil contoh pada motherboard Asus Maximus Formula, jika FSB yang digunakan 266 MHz, frekuensi memori yang tersedia adalah 533 MHz (1:2), 667 MHz (2:5), 800 MHz (1:3), dan 4 pilihan lainnya. Menu ini termasuk lengkap karena biasanya di motherboard lain cuma tersedia 3-4 rasio saja.
Sama seperti prosesor, memori juga bisa diberi doping melalui peningkatan voltase. Voltase standar untuk DDR2 adalah 1,8 volt, dan batas aman doping voltase adalah sampai 2,2 – 2,3 vold. Jika timing sudah longgar, voltase sudah dinaikan, dan memori tetap tidak stabil, maka disanalah batas atas memori tersebut.
Kartu Grafis: Awas Panas!
SELAIN TEKNOLOGI yang digunakan pada core GPU dan interface yang digunakan pada memori lokalnya, performa kartu grafis juga ditentukan oleh clock speed si core dan memori grafis itu sendiri. Yang paling umum dilakukan oleh pengguna ketika akan menggenjot kinerja kartu grafis adalah menaikan frekuensi core dari kartu grafis dan yang kedua adalah menaikan clock speed dari memori lokalnya
Secara standar, metode yang biasa digunakan untuk melakukan overclocking pada VGA adalah dengan mengguakan software tweaker khusus VGA, dan kalau perlu tools untuk mengedit BIOS VGA. Tentunya software uji untuk menguji sang kartu grafis secara penih diperlukan untuk mengetahui apakah overclock yang dilakukan masih pada batas kemampuan VGA tersebut.
Untuk core clock, VGA yang dijual saat ini masih dapat dioverclock secara aman hingga kisaran 5-20 persen. Tergantung chip VGA yang digunakan dan pendinginan yang disediakan oleh produsen VGA tersebut untuk core grafis yang ada. Meski ada juga VGA yang tidak bisa dinaikan lagi karena berbagai alasan. Biasanya, kartu grafis yang nyaman untuk dioverclock adalah kartu grafis yang ditujukan untuk segmen menengah, ataupun versi mengengah dari VGA high end. Contohnya untuk seri GeForce 9800, VGA yang menarik untuk dioverclock adalah seri 9800 GT bukan seri 9800 GTX atau bahkan 9800 GTX+. Mengapa? karena kartu grafis kelas ultimate/teratas dari teratas sudah di set dengan frekuensi terbaiknya, jadi overclocking sudah terasa tidak banyak yang dapat dilakukan lagi. Lagipula kalaupun dipaksakan, tidak akan terasa peningkatkan yang signiftikan atau bahkan akan merusak kartu grafis yang bersangkutan. Sehingga Anda harus menukarkan kartu grafis Anda dengan yang baru. Akan tetapi kartu grafis yang rusak karena overclocking tidak akan mau diganti oleh toko kecuali Anda membohongi toko tersebut.
Untuk memori grafis, saat ini VGA yang beredar sudah menggunakan memori yang di khususkan untuk grafik, yaitu Graphic Double Data Rate Memory (GDDR memory). Saat ini juga masih beredar yang menggunakan memori RAM standar. Kebanyakan memori grafik menggunakan GDDR2 atau GDDR3, masih jarang sekali ditemukan kartu grafik dengan memori GDDR4 ataupun GDDR5. Kelebihan memori yang lebih baru adalah kemampuannya untuk bekerja pada clock yang lebih tinggi akan tetapi dengan suhu kerja yang lebih rendah. Untuk memori grafis kelas mainstream masih bisa dinaikkan frekuensinya sampai 25 persen dengan aman. Tetapi untuk VGA kelas high end biasanya kurang dari itu, dikarenakan VGA kelas atas sudah diset pada clock maksimalnya.
Bila sudah didapatkan clock speed optimal (konsdisi teroverclock tetapi masih tetap stabil untuk memainkan game atau menjalakan software benchmark 3D tanpa artifak), menggunakan software overclock VGA tersebut Anda bisa menyimpan settingnya agar selalu di-load ketika memulai sistem operaso. Atau anda juga bisa membuatnya permanen dengan mengubah informasi clock speed core dan memory VGA menggunakan software BIOS editor. Tetapi,  ingat! Awas panas!
Motherboard: Menu Harus Lengkap
PADA PROSES overclock, peran motherboard adalah vital. Pasalnya, pada BIOS motherboard-lah semua setting untuk meningkatkan kinerja prosesor dan memori tersedia. Karena itu, penting untuk memilih motherboard yang memiliki menu BIOS yang lengkap. Setidaknya tersedia pilihan untuk mengganti frekuensi dan voltase prosesor, serta mengganti frekuensi, timing, dan voltase memori. Motherboard yang baik untuk overclock juga memisahkan FSB dengan frekuensi lain (seperti PCI) sehingga perubahan FSB tidak berpengaruh pada frekuensi lain.
Tidak cuma menu, secara hardware pun motherboard harus tanggung untuk di-overclock. Ada banyak faktor yang menentukan kemampuan overclock sebuah motherboard, mulai dari kemampuan menyediakan arus dan voltase yang bersih sampai penggunaan kapasitor dan Mofset yang berkualitas. Sistem pendingin chipset juga berpengaruh, karena proses overclock akan meningkatkan panas chipset. Sayangnya tidak ada cara singkat untuk mengetahui kemampuan overclock sebuah motherboard.
Pada proses overclock, bagian paling penting dari motherboard adalah northbridge. Sekedar mengingatkan, chipses northbridge sistem Intel adalah tempat memory controller, jadi perubahan FSB dan frekuensi memori akan berpengaruh di chipset ini. Ketika FSB dinaikkan, kerja chipset juga meningkat; panas pun tambah tinggi (itulah sebabnya sistem pendingin chipset menjadi penting). Pada beberapa motherboard, kerja northbridge bisa dipompa dengan melakukan doping voltase. Namun itu berarti panan chipset harus lebih diperhatikan lagi.
Sistem Pendinginan: Harus Serius
SEPERTI yang disebutkan di atas, panas adalah musuh utama setiap komponen yang di-overclock. Sebaiknya ganti pendingin standar prosesor dengan pendingin yang lebih besar, apalagi jika Anda sudah melakukan doping pada prosesor. Kalau perlu, gunakan pendingin yang lebih ekstrim seperti water-cooling. Apalagi belakangan ada water-cooler all-in-one seperti Cooler Master Aquagate 1. Water-cooler ini sudah memuat pompa dan cairan dalam paket yang mudah dipasang di dalam casing. Dan jangan lupa gunakan thermal paste berkualitas bagus pada badan prosesor sebelum ditempelkan pada heatsink.
Tips Melakukan Overclock
  1. Pastikan Stabil di Awal - Anda harus memastikan sistem stabil pada kondisi awal atau default. Ini untuk memastikan tidak ada komponen yang bermasalah sejak awal.
  2. Satu-Satu - Supaya mudah mencari sumber masalah, sebaiknya cari setting maksimal dari tiap komponen satu per satu. Ketika mencari setting maksimal prosesor, biarkan memori dan kartu grafis pada kondisi normal. Jika sidah ketemu, bari cari setting maskimal memori dan kartu grafis.
  3. Naikan Sedikit Dulu - Jangan terburu nafsu menaikkan frekuensi prosesor, memori, dan kartu grafis. Naikan per 10 MHz, lihat temperaturnya, lalu pastikan kestabilannya. Jika yakin sudah stabil, baru naikkan lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar